Kamis, 01 Mei 2014

Ketahuan Mama

a04b.jpg


Aku Kau Dan Dia 11
KETAHUAN MAMA

<< Cerita Sebelumnya
"Hah, Indah suka aku?" ucap Putra sambil garuk-garuk kepala keheranan. Sementara Dion berlalu meninggalkanya

"hai, adik jelek ngapain kamu disini sendirian?" sapa Revan menghampirinya

"ah.. Kak Revan, gak lagi ngapa ngapain kok kak" jawab putra
garuk2 kepala . .

"banyak kecoanya ya rambutnya . . Xi xi xi" canda Revan pada putra

sambil gerutu Putra menjawab "apuah, enak aja. Rambut aku kan bersih dan wangi, masa ada kutunya . . Kagak ada lah"

karena ekpresi Putra yang polos Revan pun mengusak rambut putra "haha dasar anak monyet, jadi jelek tau kalau cemberut"

"jadi jelek, emang kalau gak cemberut aku cakep ya kak?" goda putra pada Revan

"au ah . . Haha . . Kita ke kantin yuk" dengan salah tingkah Revan mengalihkan pembicaraan

"huft . . Traktir ya kak? "
"iya adik jelek"

sambil berlalu mereka terlihat sangat dekat. Sementara dibalik pohon Dion mengamatinya. Dia terlihat begitu sedih, jari tangannya meremas batang pohon yang lapuk

beberapa jam berlalu
Mamanya Revan tengah pulang dari pasar swalayan dengan menenteng beberapa kantong plastik belanjaan
sampai depan, ia membuka tas dan mengambil kunci pintu

"heh . . Gak dikunci? Revan udah pulang sepertinya" ucapnya

"Revan . . Revan . . Bantuin bawain belanjaan mama masuk nak " seru mama memanggil Revan

"wah kemana tuh anak, kalau pulang sekolah pasti langsung ngelayab. Apa dia tidur ya"

Lalu mamanya pun menuju ke kamarnya Revan. Sambil melangkah ia mendengar dua orang tengah bercakap cakap di kamarnya

"aduh kak geli" suara itu makin terdengar jelas

"udah diem napa. Buka ayo celananya"

"kagak ah malu"

"please ayo sih dek, kakak mau liat

"bentar aja ya"

"coba ya dek!"

"pakai ini"

"hmm ah, gak muat kali kak"

"muat, coba angkat kakinya"

"auw . . Tuh kan gak masuk"

"coba pakai model gaya lain ya"

"huft kalau gak masuk jangan dipaksain dong kak. Tar robek loh"

"gak bakalan, ayo berdiri"

"ah, tuh kan masuk"

"uh. Ketat banget kak"

"sempit, sesak ya"

"iya nih"

Tiba-tiba puntu kamar terbuka, mama Revan terkejut dengan apa yang di lihatnya. ia sangat shock

"R e v a n !" seru mamanya

"ma . . Mama, udah pulang" sambil gugup revan menjawab

terlihat ibunya meneteskan air mata, ia sedih, ia menangis

"Ma . . ." ucap Revan

"Ti Ti Ti Tio anakku, ternyata kamu masih hidup nak" sambil mengusap usap wajah putra ia bertanya

Putra terpaku diam . .

"Ma . . Di dia bukan Tio Ma"

"Bu Bukan Tio?"

"iya, Dia Putra adik kelas Revan Ma"

"lalu kenapa baju Tio kamu pakaikan ke dia"

"aku cuma mau liat Putra bener bener seperti Tio ma"

"kamu ini, kasian kan dia sesak kesempitan, baju Tio kan kekecilan"

"huft iya, tau tuh tan. Revan ada ada aja" seru Putra

"ya udah, kalian makan dulu. Mama udah siapin tadi"

"aku udah makan kok tante. Putra pamit pulang ya"

"kenapa nak, kok buru-buru"

"abis nanti Ibu putra khawatir karena pulang sekolah gak pulang kerumah dulu tan"

"oh ya udah"

"mah aku anterin putra pulang dulu ya"

"Iya hati-hati dijalan ya, jangn ngebut!"

"sip bos" canda Revan pada mamanya, dengan senyum nakalnya

"Putra kapan-kapan main kesini lagi ya" pinta mamanya Revan pada putra

"iya tante, maaf ya udah berantakin baju-baju Tio"

Mereka pun berlalu, mama Revan pun tersenyum, karena melihat keakraban mereka yang memang seperti adik kakak sungguhan baginya. Karena ia melihat sosok putra yang memang mirip persis Tio Adiknya Revan

Di Jalan

"hihi sepertinya mama suka kamu dek. Kapan-kapan main kerumahku lagi ya"

"Iya kak"

"apa tar malem nginep aja di rumahku dek"

"nginep"

"iya, karena Tio biasa tidur sama aku, jadi kangen saat-saat itu"

"hmm ya udah, tar aku ijin sama ibu dulu ya kak"

"sip"

Sesampainya di rumah

"aku pulang"

"jam segini baru pulang, main dulu ya" celetus si Dewi adiknya

"biarin weh, napa kangen yah"

"ihk PD" memerah

"kakakmu ini emang cute dan ngangenin kan? Hehe"

"Jelek" ketus Dewi

"Bawel" balas putra

"jelek"

"mak lampir"

"ihk awasa yah"

Dewi pun berkejaran dengan putra di sekitar kursi tamu. Lalu Putra masuk ke kamarnya

"gak Kena weks"

BRAAGH BRAAGH

seperti biasa Dewi menggedor godor pintunya.

"Udah-udah kalian ini kalau ketemu selalu aja berantem" seru ibu dari dapur

Sementa Dion tengah menatap langit2 kamarnya sambil berbaring di kasur

"Putra . . Kenapa aku begitu sakit saat kamu deket dengan Indah atau . . .Zzzzzz
Cerita Selanjutnya >>

Tidak ada komentar: